Gambar 1. Penyuluhan Mengenai SADARI

Desa Kapulogo, 31 Januari 2025 – Program penyuluhan "SADARI untuk Deteksi Dini Kanker Payudara" yang digagas oleh Athaya Nisrina, mahasiswa KKN Fisika Medis Universitas Diponegoro, mendapat sambutan positif dari masyarakat Desa Kapulogo, khususnya ibu-ibu PKK dan perangkat desa. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran perempuan terhadap kanker payudara serta pentingnya pemeriksaan mandiri atau SADARI (Periksa Payudara Sendiri) sebagai langkah deteksi dini. Dalam sesi pemaparan, Athaya menjelaskan bahwa kanker payudara merupakan jenis kanker paling umum pada perempuan di Indonesia, dengan peningkatan kasus hampir 40% dari tahun 2008 hingga 2024. Sayangnya, kesadaran masyarakat, terutama di pedesaan, masih rendah dalam melakukan SADARI secara rutin, padahal pemeriksaan sederhana ini dapat membantu menemukan kelainan sejak dini dan menekan risiko keparahan penyakit.

Para ibu-ibu PKK yang hadir dalam kegiatan ini memberikan respons yang sangat positif. Salah satu peserta mengungkapkan rasa terkejutnya setelah mengikuti penyuluhan ini.

"Saya selalu mengira bahwa kanker payudara pasti diawali dengan munculnya benjolan. Ternyata tadi dijelaskan bahwa ada juga gejala lain seperti perubahan bentuk payudara, kulit yang mengerut, atau keluar cairan dari puting. Ini baru bagi saya, dan saya jadi sadar bahwa kita tidak boleh menunggu ada benjolan dulu baru memeriksakan diri."

Ia juga menyatakan bahwa setelah memahami informasi ini, ia akan lebih rutin melakukan SADARI setiap bulan dan mengingatkan teman-teman serta keluarganya untuk lebih peduli terhadap kesehatan payudara.

Selain edukasi dan demonstrasi SADARI, Athaya juga memperkenalkan alat-alat radiasi medis yang digunakan dalam deteksi dan pengobatan kanker payudara. Salah satu alat utama yang diperkenalkan adalah mammografi, yaitu teknik pencitraan menggunakan sinar-X untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan payudara. Selain itu, terdapat Linac (Linear Accelerator) yang digunakan dalam terapi radiasi untuk menghancurkan sel kanker secara presisi tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Athaya juga menjelaskan tentang brachytherapy, yaitu terapi internal yang menempatkan sumber radiasi di dalam atau di dekat tumor, sehingga memberikan dosis radiasi yang lebih terfokus dan efektif. Pemaparan ini memberikan wawasan baru bagi peserta mengenai pentingnya teknologi medis dalam penanganan kanker payudara, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak familiar dengan metode deteksi dan pengobatan modern.

Dengan adanya program ini, ibu-ibu PKK dan perangkat desa berharap agar edukasi tentang SADARI dapat menjadi kebiasaan yang diterapkan di masyarakat. Banyak peserta yang menyatakan keinginannya agar kegiatan serupa dilakukan secara berkala, terutama dengan pendampingan tenaga kesehatan. Mereka juga menyadari bahwa deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan kanker payudara. Harapannya, melalui "Gerakan SADARI", perempuan di Desa Kapulogo semakin peduli terhadap kesehatan payudara mereka, rutin melakukan pemeriksaan mandiri, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika menemukan kelainan, sehingga angka keterlambatan diagnosis dapat diminimalkan.